Pembangunan agrotechno edupark ecotoursm Penerapan pertanian presisi di hulu dimulai dari pemilihan lahan hingga panen. Dalam pemilihan lahan ada beberapa alternatif dilihat dari basis media tanamnya, yaitu berbasis pada lahan terbuka dan berbasis pada lahan tertutup. Untuk media tanam berbasis terbuka diperlukan analisis presisi tentang kesuaian lahan untuk suatu tanaman yang akan dibudidayakan dan diproduksi. Teknologi informasi geografis dengan basis data spasial dapat digunakan untuk melihat kesesuaian lahan suatu tanaman dengan memperhitungkan kondisi tanah, iklim, ketersediaan air, serta kontur tanah pada suatu wilayah tertentu. Dengan ini, pemilihan lahan terbaik untuk suatu tanaman tertentu dapat ditetapkan secara presisi.
Hama selama ini dianggap musuh bagi para petani karena merusak tanaman pertanian hingga menurunkan produktivitas lahan. Beragam cara dilakukan untuk membasmi hama. Kebanyakan petani cenderung lebih memilih cara instan menggunakan pestisida atau insektisida. Dengan racun tersebut, pertumbuhan hama diharapkan bisa terkendali. Tetapi kenyataannya tidak demikian, meski banyak hama yang terbunuh, hama baru bermunculan secara masif. Padahal ada cara lain yang lebih ramah lingkungan untuk mengendalikan hama. Di antara teknik pengendalian hama penyakit tanaman adalah dengan memanfaatkan musuh alami. Musuh alami adalah organisme yang memusuhi hama. Terdapat tiga golongan musuh alami, yakni golongan parasitoid, predator,dan patogen serangga (entomopatogenik).
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, pada 27 Desember 2018 melakukan kunjungan kerja ke kantor Kelurahan Sriharjo untuk melakukan pembahasan awal mengenai beberapa proyek binaan yang akan dilaksanakan DTPB UGM di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul.
Dalam kunjungan tersebut tim DTPB UGM disambut secara langsung oleh Lurah Desa Sriharjo Titik Istiyawatun Khasanah, S.IP., bersama jajaran staff. Dalam kunjungan tersebut dibahas perihal proyek lanjutan setelah kegiatan Gerakan Irigasi Bersih agar terciptanya suatu hubungan timbal balik antara kedua belah pihak. DTPB UGM yang didukung Yanmar Holding Co., Ltd., mengusung proyek pembangunan agrotechno edupark ecotourism di Desa Sriharjo. Hal tersebut memiliki tujuan utama dalam proyek ini adalah untuk mengedukasi masyarkat dalam menerapkan konsep pertanian presisi dengan didukung pengaplikasian berbagai teknologi pertanian yang memiliki daya guna tinggi dan kaya manfaat. Tim dari DTPB memaparkan pada perangkat Desa Sriharjo bahwa nantinya agrotechno edupark ecotourism ini akan menciptakan suatu proses pertanian di Desa Sriharjo dari hulu ke hilir. Artinya, para petani akan diajarkan tentang bagaimana cara memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi alam desa yang ada untuk memenuhi proses budidaya pertanian secara mandiri agar dapat meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya proses.
Bekerjasama dengan BBWSO Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Bantul, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Bantul, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, serta Akademi Komunitas Seni Budaya Yogyakarta, Pemerintah Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Bantul menyelenggarakan tradisi Mapag Toya yang diselenggarakan pada Sabtu (26/4/2019).
Tradisi Mapag Toya digelar dalam rangka memperingati hari ulang tahun Gerakan Irigasi Bersih (GIB) dan wujud syukur dari para petani mengawali masa pengolahan tanah. “Substansi dari tradisi Mapag Toya ini adalah memohon kepada Tuhan. Kami berdoa, agar supaya diberi kelancaran untuk mengolah tanah dan tidak ada halangan apapun sehingga nanti hasilnya melimpah. Petani sejahtera,” kata Lurah Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah. Menurut dia, kegiatan Mapag Toya ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang sudah lama hilang.
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dan tingginya intensitas aktifitas manusia dalam mengubah tata guna lahan akan mempertinggi tingkat resiko pada daerah rawan bencana tanah longsor. Keadaan ini terus berlangsung karena kurangnya tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah serta kebiasaan masyarakat menanam tanaman yang mengakibatkan tingginya tingkat resiko longsor.
Adanya ketidakstabilan tanah pada suatu daerah dapat memberikan pengaruh yang bervariasi tergantung pada sifat, besar, dan jangkauan tanah longsor tersebut.
Bencana longsor menimbulkan trauma terhadap masyarakat karena mengakibatkan banyaknya korban jiwa, selain itu juga banyak kerugian yang disebabkan. Kerugian yang dihasilkan seperti kerusakan infrastruktur, pemukiman, lahan pertanian, serta menewaskan hewan ternak warga.
Selain upaya untuk mengurangi resiko dari longsor, perlu diwaspadai juga resiko terjadinya longsor susulan.
Menurut Dr. Ngadisih, normalnya resiko reaktivasi longsor bisa menurun jika lokasi longsor tersebut tidak diusik selama 20 tahun, karena itu merupakan waktu yang lama dan tidak menutup kemungkinan mempengaruhi daerah sekitarnya jadi untuk lahan pertanian di wilayah yang rawan longsor ini diperlukan perlakuan khusus jika tidak bisa jadi akan menyebabkan meningkatnya resiko longsor.
Hujan deras selama seharian yang melanda kabupaten bantul pada 17 maret lalu menyebabkan longsor yang mengakibatkan sejumlah kerusakan pada sarana dan prasarana di sejumlah desa di kabupaten Bantul. Kerusakan pada sejumlah sarana dan prasarana ini mengakibatkan kerugian bagi warga terutama pada desa Sriharjo, pada desa ini terdapat sungai dan akses untuk menyebrangi sungai ini rusak parah.
Untuk itu, saat ini masih dilakukan berbagai pemulihan dan normalisasi fungsi pelayanan publik sebagai upaya penanganan sementara pascabanjir dan longsor. Termasuk perbaikan sarana dan prasarana maupun pembersihan lingkungan yang masih diperlukan.
Dalam pembuatan peta bencana terkadang kita membutuhkan data bencana beberapa tahun yang lalu. Namun, karena kurangnya kesadaran perangkat desa yang berada di wilayah rawan bencana untuk mencatat detail bencana ini. Peneliti yang bertugas untuk membuat peta rawan bencana agak kesulitan karena selain meneliti struktur lahan di wilayah tersebut juga membutuhkan data historial dari bencana yang terjadi di wilayah tersebut.
Selain itu, masalah yang kerap terjadi yaitu peta rawan bencana kurang mengedukasi warga akibatnya terdapat warga wang kurang faham dengan peta yang telah dibuat oleh peneliti. Oleh karen itu dikembangkan pemetaan kerawanan berdasarkan pengetahuan masyarakat. Disamping masyarakat bisa teredukasi dengan peta yang telah dibuat juga peneliti dapat memvalidasi peta tersebut karena dari pengetahuan masyarakat inilah kita mendapatkan data historial bencana pada sebuah wilayah.
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang berada di suatu wilayah dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal diwariskan secara turun-temurun melalui cerita, syair, atau pun dongeng. Ternyata melalui cerita rakyat lahir pengetahuan kearifan lokal yang berkaitan dengan bencana alam.
Bencana alam yang terjadi ternyata menyadarkan masyarakat mengenai nilai kearifan lokal yang dimiliki suku-suku bangsa di Indonesia dalam menghadapi kejadian bencana alam yang berkembang di setiap daerah. Kearifan lokal ini dapat menjadi bagian dari pendidikan siaga bencana yang sesuai dengan karakteristik lokal dan diperbarui sesuai dengan kejadian-kejadian bencana terbaru. Kedekatan dengan alam juga menjadikan masyarakat lokal memiliki potensi untuk menyelamatkan diri dari bencana yang terjadi, hal ini dikarenakan masyarakat lokal dapat membaca situasi/keadaan alam disekitar mereka sehingga mereka dapat mengetahui jika akan terjadi sesuatu.
Saat mendengar kalimat penganggulangan bencana apa yang terlintas di benak kita ? Ya pasti semua mengarah ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tapi apa badan nasional ini bertanggungjawab penuh atas penanggulangan bencana ? Jawabannya tidak, karena bencana yang melanda suatu wilayah itu tergolong multi sektoral dengan kata lain instansi-instansi lain diluar BNPB juga bertanggung jawab pada sektornya masing masing.
Berdasarkan website resmi BNPB, badan nasional ini memiliki fungsi perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh. Selain itu BNPB memiliki fungsi sebagai berikut: