Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dan tingginya intensitas aktifitas manusia dalam mengubah tata guna lahan akan mempertinggi tingkat resiko pada daerah rawan bencana tanah longsor. Keadaan ini terus berlangsung karena kurangnya tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dan pemerintah serta kebiasaan masyarakat menanam tanaman yang mengakibatkan tingginya tingkat resiko longsor.
Adanya ketidakstabilan tanah pada suatu daerah dapat memberikan pengaruh yang bervariasi tergantung pada sifat, besar, dan jangkauan tanah longsor tersebut.
Untuk menurunkan tingkat resiko terjadinya bencana ini, perlu mengganti komoditas yang sering ditanam warga berupa tanaman hortikultura dengan komoditas baru yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan disisi lain dapat menurunkan tingkat resiko bencana longsor di wilayah tersebut.
Namun, untuk mengganti komoditas tersebut terdapat hambatan seperti perilaku dan kebiasaan masyarakat yang menganggap tanaman hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun mereka tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanaman hortikultura terhadap daerah mereka yang rawan longsor.
Dari masalah ini langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi resikonya itu dengan mengedukasi warga serta memberikan contoh sehingga menarik minat mereka. Salah satu cara mengedukasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menampilkan bagaimana peluang yang dihasilkan dari komoditas yang baru serta melakukan tanya jawab dengan melibatkan petani terkait.
Kontributor:
Ahmad Kariel Jude
Penulis adalah Mahasiswa Penelitian di Smart Agriculture Research Group, Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Mengambil topik mengenai Knowledge Management System pada Mitigasi Bencana.