Agrotechno edupark hadir bukan hanya sebagai wahana rekreasi belaka. Agrotechno edupark ditujukan pula sebagai sarana edukasi berbasis teknologi yang mengajarkan masyarakat luas tentang tata cara bercocok tanam menggunakan metode pertanian presisi dengan didukung dengan berbagai teknologi tepat guna. Agrotechno edupark diusung dalam menyongsong revolusi industri 4.0 pada sektor pertanian. Dalam agrotechno edupark tidak hanya terpaku pada konsep pertanian presisi. Namun dilakukan pula proses edukasi mengenai proses bertani dengan mengedepankan efisiensi dan efektifitas. Hal tersebut dilakukan guna menjawab tantangan era modernisasi dimana dewasa ini lahan pertanian produktif merupakan suatu hal yang jarang ditemui pada areal perkotaan. Salah satu teknologi pendukung yang diterapkan pada agrotechno edupark dapat dijadikan solusi bagi permasalahan tersebut. Metode penanaman yang dibicarakan adalah sistem hidroponik.
Category: Agrotechno Edupark
Model memiliki peranan penting agar perencanaan yang telah dibuat dapat tercapai maksimal. Model merupakan sebuah pola, contoh serta acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial di mana individual maupun kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran sesuatu yang bernilai secara bebas dengan pihak lain (Kotler, 1993). Pemasaran tidak hanya sekedar bagaimana menjual produk melainkan harus mampu memberikan kepuasan bagi konsumen dalam jangka panjang. Menurut Kotler (1993), tujuan pemasaran adalah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan memenuhi kebutuhan itu dengan baik, sehingga semua produk menjual dirinya sendiri. Proses pemasaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, dan managerial.
Istilah pertanian organik pertama kali dipakai oleh salah seorang ahli pertanian dari Universitas Oxford, bernama Lord Northbourne dalam bukunya yang berjudul Look to the land, yang dipublikasikan tahun 1940. Pertanian organik sebenarnya sudah ada jauh sebelum pertanian yang menggunakan masukan kimia sintetis (konvensional), bahkan sejak bumi ini ada, yaitu sekitar tahun 5.000 SM, petani sudah menggunakan kotoran hewan dan sisa tanaman untuk menyuburkan tanah dan juga sudah mempraktekkan cara pergiliran tanaman, tumpang sari, dan menumpuk sisa tanaman untuk musim tanam berikutnya.
Sosialisasi adalah suatu proses belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai dengan peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok masyarakat. Pengertian sosialisasi dalam arti sempit adalah proses pembelajaran yang dilakukan individu dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sedangkan pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat. Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses pendewasaan diri.
Proses budidaya pertanian berkaitan erat dengan sumber daya yang tersedia pada suatu tempat. Perbedaan suatu wilayah menentukan pula perbedaan suatu sumber daya yang tersedia. Sebut saja air, tidak setiap wilayah di bumi ini memiliki sumberdaya air yang merata yang dapat digunakan dalam proses budidaya pertanian. Untuk itu penggunaan air dalam proses budidaya pertanian sudah selayaknya menggunakan takaran yang semestinya dengan jumlah yang seefisien mungkin untuk menjaga keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan sekitar.
Hama selama ini dianggap musuh bagi para petani karena merusak tanaman pertanian hingga menurunkan produktivitas lahan. Beragam cara dilakukan untuk membasmi hama. Kebanyakan petani cenderung lebih memilih cara instan menggunakan pestisida atau insektisida. Dengan racun tersebut, pertumbuhan hama diharapkan bisa terkendali. Tetapi kenyataannya tidak demikian, meski banyak hama yang terbunuh, hama baru bermunculan secara masif. Padahal ada cara lain yang lebih ramah lingkungan untuk mengendalikan hama. Di antara teknik pengendalian hama penyakit tanaman adalah dengan memanfaatkan musuh alami. Musuh alami adalah organisme yang memusuhi hama. Terdapat tiga golongan musuh alami, yakni golongan parasitoid, predator, dan patogen serangga (entomopatogenik).
Tingginya tingkat alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman membuat menurunnya fungsi dan produktifitas yang dapat dihasilkan dari segi pertanian. Hal tersebut berpengaruh pada tingkat kemandirian masyarakat dalam melakukan budidaya pertanian. Pemanfaatan lahan sempit atau pekarangan rumah dapat menjadi salah satu alternatif dalam melakukan budidaya pertanian. Dibutuhkan tingkat efisiensi proses budidaya yang lebih tinggi dengan hanya memanfaatkan pekarangan rumah yang notabene tidak cukup luas untuk melakukan proses budidaya pertanian.