How Can We Help?
Pada musim kemarau, air yang tersedia sangat sedikit, sedangkan kebutuhan akan air kurang lebih sama dengan musim hujan. Untuk mengatasi kebutuhan air di masa sulit air adalah dengan menggunakan irigasi tetes. Pada irigasi tetes, pengairan bisa disesuaikan dengan kebutuhan air setiap jenis tanaman yang berbeda-beda tergantung pada fase pertumbuhan dan jenis tanamannya. Dalam usahatani di lahan pekarangan, kebutuhan air sangat penting mengingat air merupakan salah satu factor penentu pertumbuhan tanaman. Dengan irigasi tetes ini air dapat dimanfaatkan secara lebih efisien
Prinsip irigasi tetes atau yang sering disebut dengan Trickle Irrigation atau Drip Irrigation adalah irigasi yang menggunakan jaringan aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Jaringan irigasi tetes terdiri dari pipa utama, pipa sub utama dan pipa lateral. Pada ujung pipa lateral terdapat pemancar (emitter) yang digunakan untuk mendistribusikan air secara merata pada tanaman sesuai kebutuhan. Pemancar diletakkan di dekat perakaran sehingga tanah yang berada di daerah perakaran selalu lembab. Sistem irigasi tetes mempunyai cara pengontrolan yang baik sejak air dialirkan sampai diserap tanaman. Di samping itu sistem irigasi tetes mengurangi proses penguapan (evaporasi), di mana nutrisi dapat langsung diberikan ke tanaman melalui irigasi.
Sistem irigasi cocok digunakan untuk tanaman yang ditanam secara berderet yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga dapat menutupi biaya penyusutan perangkat irigasi tetes. Kandungan air tanah merupakan salah satu hal penting pada produksi tanaman. Pengaturan jumlah dan waktu pemberian air akan mendukung keberhasilan penanaman. Air menjadi media pengangkut nutrisi/hara dari tanah ke seluruh bagian tanaman. Namun kelebihan dan kekurangan air mengganggu tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta memengaruhi produksi tanaman. Manfaat irigasi tetes antara lain ialah penghematan air, waktu, tenaga kerja, dan biaya tenaga kerja. Penghematan air karena diberikan ke tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Penyiraman dengan irigasi tetes menghemat waktu karena penyiraman dilakukan secara otomatis dengan hanya membuka kran. Penggunaan tenaga kerja menjadi berkurang karena penyiraman dilakukan secara serentak. Pada irigasi tradisional (kocor), petani membutuhkan banyak air dan banyak alokasi tenaga kerja karena dilakukan secara manual dan satu per satu tanaman. Penggunaan irigasi tetes mampu menekan penggunaan tenaga kerja penyiraman. Oleh karena itu untuk pekarangan yang luas dibutuhkan tenaga kerja cukup banyak. Setelah menggunakan irigasi tetes, waktu yang diperlukan untuk menyiram relative singkat dan petani bisa melakukan kegiatan pemeliharaan atau cabang usaha lainnya. Sedangkan bila penyiraman dilakukan secara manual memakan waktu lama tergantung dari luas pertanaman. Dengan demikian menurunkan tenaga kerja penyiraman berarti menurunkan biaya usahatani.
Cara pembuatan system irigasi ini seperti berikut:
- Pertama, perlu dilakukan pengukuran total panjang bedengan yang akan dipasangi selang drip. Ini diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak selang drip yang dibutuhkan.
- Kemudian, selang drip bisa dipasang 1 atau 2 buah disetiap bedengnya, tergantung kebutuhan. Panjang selang drip sedikit dilebihkan dari panjang bedengan.
- Selanjutnya, disiapkan selang induk dengan diameter 2 atau 3 inch, tergantung kebutuhan. Biasanya, bisa menggunakan selang plastik diameter 3 inch ataupun pipa PVC/paralon.
- Untuk menghubungkan selang induk dengan selang drip diperlukan konektor, yaitu shok drat dalam dan shok drat luar. Ukuran shok drat disesuaikan dengan diameter selang drip yang digunakan. Umumnya diameter selang drip sesuai dengan pipa 3/4 inci
- Shok drat dipasang pada selang induk, lubang pada selang induk dibuat sedikit lebih kecil daripada diameter shok drat supaya kuat dan tidak bocor/span. Supaya lebih kuat sebaiknya dipasang ring yang bisa dibuat sendiri menggunakan karet bekas ban motor.
- Disiapkan pipa paralon ukuran 3/4 inch dengan panjang 10 cm. Pipa ini digunakan sebagai penghubung antara selang drip dengan shok drat yang terpasang pada selang induk.
- Jika sudah selesai, setiap ujung selang drip diikat kemudian pompa dihidupkan untuk mengetahui apakah selang drip berfungsi dengan baik atau tidak.
- Jika menggunakan selang drip biasa (yang belum ada lubangnya), 1 selang drip diikat ujungnya kemudian drip ditusuk menggunakan jarum. Posisi dan jumlah tusukan jarum disesuaikan dengan banyaknya lubang tanam di setiap bedengan. Kemudian dilanjutkan ke selang drip yang lain sampai selesai.
- Jika bedengan akan ditutup menggunakan mulsa, melubangi selang drip dilakukan setelah mulsa dipasang dan dilubangi supaya posisinya pas dengan lubang tanam.
- Air yang digunakan pada drip irigasi sebaiknya air yang bersih. Penggunaan air keruh/kotor akan menyumbat lubang-lubang pada drip dan dapat memperpendek umur selang drip.
Sumber: https://8villages.com/full/petani/article/id/5cecd1513a4bcb6c685c98d5
Kontributor:
Ahmad Kariel Jude
Penulis adalah Mahasiswa Penelitian di Smart Agriculture Research Group, Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Mengambil topik mengenai Knowledge Management System pada Mitigasi Bencana.