Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang berada di suatu wilayah dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal diwariskan secara turun-temurun melalui cerita, syair, atau pun dongeng. Ternyata melalui cerita rakyat lahir pengetahuan kearifan lokal yang berkaitan dengan bencana alam.
Bencana alam yang terjadi ternyata menyadarkan masyarakat mengenai nilai kearifan lokal yang dimiliki suku-suku bangsa di Indonesia dalam menghadapi kejadian bencana alam yang berkembang di setiap daerah. Kearifan lokal ini dapat menjadi bagian dari pendidikan siaga bencana yang sesuai dengan karakteristik lokal dan diperbarui sesuai dengan kejadian-kejadian bencana terbaru. Kedekatan dengan alam juga menjadikan masyarakat lokal memiliki potensi untuk menyelamatkan diri dari bencana yang terjadi, hal ini dikarenakan masyarakat lokal dapat membaca situasi/keadaan alam disekitar mereka sehingga mereka dapat mengetahui jika akan terjadi sesuatu.
Namun, tidak semua kearifan lokal yang diketahui oleh masyarakat setempat, karena masyarakat sekarang telah berangsur angsur mulai meninggalkan kebiasaan mereka, hal ini dibuktikan dengan beberapa bencana belakangan ini menelan banyak korban. Sehingga perlu dilakukan kegiatan pendidikan mitigasi yang diadopsi dari kearifan lokal serta dikombinasikan dengan perkembangan teknologi. Contoh kearifan lokal yang dimiliki oleh suku suku di Indonesia seperti:
- Smong merupakan contoh kearifan lokal yang dimiliki masyarakat di pulau Simeuleu, Aceh. Smong secara tidak langsung menceritakan mengenai bencana tsunami jauh sebelum tsunami yang terjadi pada tahun 2004 silam, pada baitnya diceritakan bahwa bila terjadi goncangan dan diikuti oleh surutnya air laut, maka anak anak diharuskan pergi ke tempat yang tinggi karena merupakan pertanda akan terjadinya tsunami
- Mitigasi bencana yang dilakukan Suku Baduy di Banten dengan membuat aturan adat atau pikukuh dan larangan dalam membangun rumah, dalam hal ini yaitu bahan bangunan yang digunakan adalah bahan yang lentur sehingga rumah tidak mudah rusak.
- Mitigasi bencana masyarakat bali yang disebut “tenget”. Kearifan lokal ini berpandang pada hal yang mistis dan berbahaya serta dihubungkMitigasi bencana masyarakat bali yang disebut “tenget”. Kearifan lokal ini berpandang pada hal yang mistis dan berbahaya serta dihubungkan dengan kekuatan magis. Jika dilihat dari sisi mitigasi hal ini menggambarkan suatu tempat rawan terhadap bencana sehingga tidak sesuai untuk dijadikan tempat tinggal.
- Masyarakat Tana Ai tinggal di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. mereka percaya bahwa bumi diseimbangkan oleh ular naga. Gempa bumi kemudian akan mengguncang apabila ular naga tidak diberikan sesaji. Ular naga akan berontak karena murka dan menggetarkan bumi.Saat gempa bumi terjadi, masyarakat Tana Ai akan berteriak ami norang (kami ada). Hal tersebut dilakukan untuk menjelaskan kepada ular naga yang sebelumnya merasa tidak ada lagi orang di muka bumi yang memberinya makan. Saat daerah mereka berguncang, masyarakat Tana Ai berhamburan keluar rumah dan mencari tempat aman, seperti lapangan terbuka. Mereka membangun barak untuk melindungi anak-anak dan orang tua.
Kontributor:
Ahmad Kariel Jude
Penulis adalah Mahasiswa Penelitian di Smart Agriculture Research Group, Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Mengambil topik mengenai Knowledge Management System pada Mitigasi Bencana.