Bekerjasama dengan BBWSO Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Bantul, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Bantul, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, serta Akademi Komunitas Seni Budaya Yogyakarta, Pemerintah Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Bantul menyelenggarakan tradisi Mapag Toya yang diselenggarakan pada Sabtu (26/4/2019).
Tradisi Mapag Toya digelar dalam rangka memperingati hari ulang tahun Gerakan Irigasi Bersih (GIB) dan wujud syukur dari para petani mengawali masa pengolahan tanah. “Substansi dari tradisi Mapag Toya ini adalah memohon kepada Tuhan. Kami berdoa, agar supaya diberi kelancaran untuk mengolah tanah dan tidak ada halangan apapun sehingga nanti hasilnya melimpah. Petani sejahtera,” kata Lurah Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah. Menurut dia, kegiatan Mapag Toya ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang sudah lama hilang.
Mapag Toya diawali dengan menaruh sesaji tumpeng dan jajanan pasar di Bendung Tegal yang merupakan saluran irigasi primer petani. Bendung itu kemudian dibuka dan warga ramai-ramai menjemput air di saluran irigasi sekunder. Paling menarik dari tradisi Mapag Toya ini yaitu dilakukan prosesi penumpahan air yang diambil dari tujuh masjid di Sriharjo kedalam saluran irigasi. Melalui tradisi pertanian ini Titik berharap dapat memupuk religiusitas masyarakat. Karena tradisi ini merupakan doa dan harapan. Supaya petani mengolah tanah dengan lancar tidak ada halangan. “Tradisi ini kan berdoa. Apa yang akan kita lakukan, mengolah lahan dan menanam kita awali dengan doa. Kita sebagai manusia berupaya, tapi kemudian hasil final, kita serahkan kepada Maha Kuasa, Maha Pemberi,” terangnya. Salah Satu Penggagas Gerakan Irigasi Bersih Prof. Dr. Sigit Supadmo Arif mengatakan tradisi Mapag Toya merupakan upaya untuk membersihkan air dari fisik dan rohani. Ritualnya bukan hanya sekedar kerja bakti pada saluran irigasi saja. Akan tetapi dimulai dari membersihkan hati. “Jadi gerakan irigasi bersih itu yo resik atine, resik wadage,” tutur Guru Besar Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu. Tidak ketinggalan, untuk memeriahkan acara dan sekaligus simbol kemakmuran ada kirab Gunungan yang diarak oleh bregada.
Dalam kegiatan Mapag Toya ini dilaksanakan juga sarasehan dan launching Agrotechno Edupark Ecotourism. Harapannya, Agrotechno Edupark Ecotourism ini dapat menjadi salah satu ikon pariwisata Desa Sriharjo yang menyajikaan suatu lahan pertanian presisi berbasis teknologi yang dibalut dengan nilai estetika seni dalam pertanian. Agrotechno Edupark Ecotourism diharapkan dapat menjadi semangat untuk masyarakat Desa Sriharjo dalam bertani dengan menerapkan berbagai ilmu dan teknologi yang ada untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Secara lebih lanjut Agrotechno Edupark Ecotourism dirancang sebagai pusat wisata edukasi tentang konsep pertanian presisi dan teknologinya.
Sumber: Syarifudin. 2019. Desa Sriharjo Gelar Tradisi Mapag Toya, Doa dan Harapan Memasuki Masa Olah Tanah. http://jogja.tribunnews.com/2019/04/27/desa-sriharjo-gelar-tradisi-mapag-toyadoa-dan-harapan-memasuki-masa-olah-tanah?page=2
Kontributor:
Mohammad Faizal Alim
Penulis adalah Mahasiswa Penelitian di Smart Agriculture Research Group, Laboratorium Energi dan Mesin Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Mengambil topik mengenai Knowledge Management System untuk Pengembangan Agrotechno EduPark.